CAN I LOVE YOU [CHAPTER 14]

Akhirnya ‘Can I Love You’ udah hampir selesai. Semoga kalian tetap membaca FF ini sampai akhir ❤

Can I Love You [Chapter 14]

Author : Choi Rae Byung

Cast : Kim So Eun, Kim Bum, Lucas Wong, Kim Yeri

Genre : Romance, School-Life, Slice-Of-Life, Friendship

Rating : PG-15

-oOo-

Musim telah berganti. Daun berguguran ada dimana-mana. Anginpun sudah terasa dingin. So Eun mencoba untuk berusaha melupakan Kim Bum. Walaupun baru seminggu mereka putus, tapi entah kenapa rasanya aneh. Padahal ia sudah pernah putus dengannya dulu. Bahkan pernah hubungannya tidak jelas selama 2 bulan.

Cincin couple di jari manis tangan kirinya dan cincin tunangan di jari manis tangan kanannya sudah ia lepas. Ia simpan dengan baik di laci kamarnya. Ia akan mencoba move on dan fokus pada kuliahnya.

Ternyata rasa sakit hatinya mirip seperti Yeri yang juga putus dengan Lucas karena hal sepele. Minggu ini So Eun main ke rumah Yeri karena sahabatnya itu memintanya datang. Dia menangis di atas kasurnya. Ia pun memberinya kesabaran sambil memeluknya dan mengusap punggungnya berulang kali. “Cup cup… jangan menangis lagi ya… biarkan saja dia. Nanti dia akan menyesal karena sudah memutuskanmu.”

“Habisnya aneh banget si Lucas. Aku tidak tahu kalau dia sangat cemburuan,” tangis Yeri. Ia pun melepas pelukannya dan mengambil tisu. Lalu ia mengusap air matanya dan membuang ingusnya.

“Memang kenapa sih kok dia tiba-tiba minta putus?” tanya So Eun penasaran.

“Jadi ceritanya, aku ke supermarket belanja dengan sepupuku. Nah sepupuku itu laki-laki. Lucas tahu dan marah, lalu minta putus….”

So Eun mengernyitkan dahinya heran. “Serius karena itu?”

“Ne… masa aku bohong padamu sih?”

“Setelah itu, Lucas sama sekali tidak menghubungimu lagi?” tanya So Eun dan dianggukan oleh Yeri. Ia menghela nafasnya berat. Kenapa saat ia membutuhkan seseorang yang mau mendengarkan ceritanya, sahabatnya itu ternyata yang lebih butuh didengarkan. Ia pun kembali memeluk Yeri. “Tenanglah… jika berjodoh, kalian pasti akan disatukan lagi kok. Ada aku disini. Kau jangan sedih ya.”

Yeri mengangguk-angguk dan membalas pelukan So Eun dengan erat. “Kau jangan pernah tinggalkan aku ya.”

“Ne…,” ujar So Eun dengan nada panjang dan tersenyum, berusaha meyakinkan sahabatnya yang sedang patah hati itu.

-oOo-

Lucas hari ini akan kembali ke Seoul setelah setengah tahun di Jeju. Ia mencari tempat duduknya dipesawat. Ketika sudah ketemu, ia meminta izin lewat pada seseorang yang duduk di sebelahnya karena ia mendapatkan kursi dekat jendela. “Permisi, saya duduk didekat jendela.”

“Ah ne,” gadis berambut ikal panjang hitam yang sedang fokus pada ponselnya pun mengangguk.

Lucas pun membungkuk saat lewat didepannya dan duduk. Kemudian ia menoleh kearah gadis yang ada disebelahnya. Ia pun merasa tidak asing dengan wajah gadis berpipi tembem itu. “Son Na Eun?”

Gadis yang memakai earphone hanya di telinga kanannya pun terkejut namanya dipanggil. Lantas ia segera menoleh kesebelah kirinya. Mulutnya membuka seakan tidak percaya ia bertemu dengan siapa. “Lucas? Kau benar Lucas dari SMP High Star?”

“Ne… apa kabar?” Lucas mengulurkan tangannya dan gadis yang kerap dipanggil Na Eun itu menjabat tangannya.

“Aku baik. Bagaimana denganmu?”

“Baik. Kau kesini untuk liburan?” tanya Lucas langsung karena tidak jarang warga Korea datang ke Jeju untuk berlibur.

“Ah aniyo. Aku menemui seseorang yang sekarang sudah tidak ada artinya untukku,” jawab Na Eun santai sembari menggendikkan bahunya.

“Seseorang? Oh, kau menemui pacarmu dan sekarang kalian sudah putus?”

Na Eun terkekeh dan menunjukkan jempolnya. “Tepat sekali.”

“Wae?” entah kenapa Lucas yang jadi teman sekelas Na Eun saat SMP selama 3 tahun berturut-turut itu merasa penasaran. “Ah mian, aku tidak bermaksud ikut campur urusan pribadimu.”

Na Eun tersenyum. Entah kenapa ia suka saat Lucas terus memberinya pertanyaan. “Gwenchana. Lagipula kita ini pernah jadi teman dekat saat SMP ‘kan. Eumm… aku menemuinya. Kami LDR sejak kelas 10. Dia pindah ke Jeju. Lalu kemarin aku baru sempat menemuinya. Tapi aku menemukan kalau dia sedang bersama gadis lain. Aku awalnya tidak percaya dan berpikir oh mungkin dia kerabatnya, karena selama ini hubungan kami baik-baik saja. dia selalu baik dan selalu khawatir padaku. Bahkan dia juga sering bilang rindu ingin bertemu.”

“Lalu, bagaimana kau tahu kalau ternyata dia selingkuh?”

“Mereka berciuman. Di pantai,” jawab Na Eun to the point. Sukses membuat Lucas paham, kenapa Na Eun bisa mengatakan sudah tidak ada artinya lagi. “Ah, kau jangan kasihan padaku. Aku tidak suka itu.”

“Arraseo…,” tawa Lucas.

Na Eun menatap Lucas dengan intens. Lelaki yang jadi teman dekatnya itu, ternyata pernah singgah dihatinya selama 3 tahun. Ia tidak mengira jika Lucas sangat tidak sensitive dan terus saja menganggapnya teman dekat. Ia pun mencoba melupakan Lucas saat ada yang menyatakan cinta padanya. Tapi ternyata, kisahnya sangat menyedihkan. Entah kenapa, ia mencoba memberanikan diri. Ia tidak mau kehilangan orang yang ada dihatinya. “Bisa kita saling bertemu lagi saat di Seoul?”

-oOo-

Hari berlalu semakin cepat. Kim Bum sekarang sudah menjadi pegawai di supermarket. Sudah hampir 3 bulan ia putus dengan So Eun. Ia yang bekerja sebagai pengisi stock, entah kenapa jadi tidak bisa konsentrasi. Setiap mengisi stock, terkadang dia kebingungan sendiri karena jumlah yang ia hitung berulang kali berbeda. Bahkan saat ia mengisi stock air mineral, susunannya ambruk begitu saja padahal ia yakin sudah melakukan teknik yang diajarkan seniornya.

Sang senior yang melihat keanehan Kim Bum pun menegurnya ketika Kim Bum keruang office untuk istirahat. “Kim Bum-ah, bisa bicara sebentar?”

“Ah ne. Ada apa Sunbae?” tanya Kim Bum sambil menghampiri senior yang usianya 10 tahun lebih tua darinya yang sedang duduk di sofa. Lalu ia duduk disebelahnya.

“Ada apa denganmu? Kau punya masalah?”

Kim Bum terdiam mendengar pertanyaan pria itu. “Tidak ada apa-apa kok.”

“Jangan bohong padaku Kim Bum. Selama 2 bulan terakhir ini kau bekerja dengan sangat baik dan rajin. Tapi kenapa sekarang kinerjamu turun?” tanyanya yang tidak percaya. Ia tahu betul bagaimana pekerja yang punya masalah pribadi. “Kau putus dengan pacarmu?”

“Mwo? Aniyo…,” kaget Kim Bum dan segera mengelak.

“Apa kau punya hutang?”

“Aniyo Sunbae,” tawa Kim Bum karena seniornya mulai melantur.

“Jika kau punya masalah. Ceritakan saja padaku. Walaupun aku seniormu, anggap aku adalah teman dekatmu. Kalau kau membagi kisahmu, bebanmu akan berkurang lho,” jelasnya menasehati.

“Gomawo Sunbae,” Kim Bum tersenyum. Ia senang seniornya menawarkan hal itu. Tapi ia tidak mungkin akan cerita kalau ia begini setelah putus dengan pacarnya. Bisa-bisa ia jadi bahan tertawaan karena menganggap itu adalah kisah kasih SMA. Sementara ia sudah lulus dan bukan lagi seorang pelajar.

-oOo-

Sedang asik mengerjakan tugas sambil mendengarkan music melalui earphone-nya, tiba-tiba So Eun mendapat notifikasi chatting masuk. Saat melihat notif dilayar ponselnya, ia mengernyit heran. Mantannya menghubunginya lagi? Ia sudah berusaha melupakannya dan setengah berhasil, sekarang dia kembali lagi? Karena penasaran, ia membuka chattingnya.

.

.

From : Kim Bum

Sekarang kita ketemu ya.

.

.

So Eun merasa heran. Saat melihat jam, ternyata sudah pukul 10 malam. Mulutnya melongo. Bagaimana cara ia keluar malam-malam begini?

.

.

To : Kim Bum

Ini sudah malam sekali. Aku tidak bisa.

.

.

From : Kim Bum

Sebentar saja. aku di depan rumahmu.

.

.

“Mwo?!” seketika mata So Eun melotot. Kim Bum sudah didepan rumahnya?

Bergegas So Eun keluar kamar dan mengendap-endap keluar rumah yang pintunya sudah dikunci. Kemudian segera menemui Kim Bum yang sudah menunggunya didepan gerbang. Lalu ia menyeret lelaki yang masih berseragam karyawan supermarket namun dilapisi mantel itu agak menjauh dari gerbang supaya tidak diketahui oleh orangtuanya.

“Ada apa?”

Kim Bum tiba-tiba memberikan tas kertas pada So Eun. Gadis itu masih bingung dengan maksud mantannya itu datang malam-malam. Ia menerima tas kertas itu dan melihatnya. Sebuah kue cantik yang dilapisi box mika.

“Kue?”

“Dan buka ini,” Kim Bum menyerahkan tas gendongnya pada So Eun. Gadis itu pun mengambilnya dan membuka retseleting tasnya.

Entah sudah berapa kali So Eun melotot melihat kejutan Kim Bum. “Boneka?”

Kim Bum tersenyum. “Aku sudah lama punya janji pada diri sendiri. Kalau aku sudah bekerja, aku akan memberimu kue dan boneka.”

“Gomawo,” ujar So Eun sambil mengambil boneka panda warna pink yang besarnya seukuran bayi. Lalu mengembalikan tas itu pada pemiliknya. “Tapi, kenapa kau memberikan ini padaku? Kita ‘kan sudah tidak ada hubungan lagi.”

“Aku akan mendapatkanmu lagi,” jelas Kim Bum dengan senyum penuh percaya diri. Sementara So Eun masih tidak menyangka akan mendengarkan ucapan itu dari mulutnya.

-oOo-

Setelah kejadian malam itu, Kim Bum lagi-lagi mengajak bertemu. Namun kali ini di Myeong-dong. Sepulang dari kuliah, So Eun sudah menunggu mantan kekasihnya itu di halte Myeong-dong. Tidak lama, lelaki tampan yang sudah menjadi bagian masyarakat itu turun dari bus yang berhenti di halte. Lalu ia segera menghampiri So Eun. “Mianhae, kau menunggu lama?”

“A-anii. Kajja,” ajak So Eun yang entah kenapa rasanya sangat gugup. Bahkan ia berjalan lebih dulu.

Kim Bum yang ditinggal dan berjalan dibelakang So Eun karena gadis itu melangkah terlalu cepat pun merasa aneh. “Yaa, So Eun-ah. Kenapa kau berjalan cepat sekali?”

“Gwe-gwenchana,” jawab So Eun yang menunduk dan sedikit memperlambat langkahnya. Membuat Kim Bum bisa menyeimbangi langkahnya.

Kim Bum menatap So Eun. Ia merasa mantan kekasihnya itu berbeda. Sangat berbeda dibanding gadis yang ia kenal sangat mencintainya saat SMA.

-oOo-

Kim Bum dan So Eun makan di Subway, sebuah fast food restaurant yang ada di sekitar Myeong-dong. Awalnya mereka saling berdiam. Hingga akhirnya Kim Bum memulai pembicaraannya.

“So Eun-ah,” panggilnya. Gadis yang duduk dihadapannya yang sedang menikmati sandwich-nya itu pun menatap kearahnya. “Apa kau masih mencintaiku?”

“Kenapa kau bertanya itu?”

“Aku masih mencintaimu,” jawabnya to the point. Entah kenapa detak jantung So Eun yang seperti waktu itu kembali berdegub cepat mendengar kata ‘cinta’ dari mulut mantan kekasihnya itu. “Kau mau kembali padaku?”

So Eun diam sejenak. Di tatapnya roti sandwich isi ham yang hampir habis ditangannya. Ia tidak bisa membohongi perasaannya yang memang sebenarnya belum bisa melupakan cintanya itu. Meskipun mencoba, bayang-bayang Kim Bum selalu terputar dikepalanya. Ia menatapnya. Lalu ia mengangguk perlahan. “Aku juga masih mencintaimu.”

Seketika senyum Kim Bum mengembang lebar. Dengan tangan bersih, ia mengusap puncak kepala So Eun. “Gomawo.”

-oOo-

Sesampai dirumah, So Eun langsung melempar tasnya dan ia menghampaskan dirinya ke kasur bersebelahan dengan tasnya. Ia menatap kelangit-langit kamarnya. Rasanya aneh. Kemarin ia terasa hampa. Tapi sekarang hatinya penuh dengan bunga karena baru saja bertemu dengan Kim Bum dan dia kembali mendapatkan hatinya.

“Apa dia serius dengan ucapannya? Apa dia tidak akan memutuskanku lagi?” pikir So Eun.

DRRTT…

Ponselnya yang ada di tas-nya bergetar. Ia segera mengambilnya tanpa berpindah posisi. Kemudian ia membuka chat yang baru saja masuk.

.

.

From : Kim Bum

Kau sudah sampai? Besok mau main ke rumahku?

.

.

Senyum So Eun langsung melengkung. Rasanya sudah lama sekali  tidak main ke rumah Kim Bum.

-oOo-

So Eun sedang ada di bus menuju rumah Kim Bum. Hari ini sedang tidak ada kuliah. Jadi ia pergi ke rumah kekasihnya siang hari. Tapi begitu hampir sampai, hujan langsung mengguyur dengan deras. Ia jadi kebingungan karena tidak membawa payung.

Kim Bum yang menunggu kekasihnya datang, melihat hujan melalui jendela kamarnya. “So Eun bawa payung tidak ya?”

Ia hendak mengirimkan pesan. Namun bell rumahnya berbunyi.

TING TONG.

Kim Bum segera datang ke depan pintu dan membukanya. Matanya membulat kaget begitu tahu kalau So Eun datang dengan basah kuyup walaupun ia menutupi kepalanya dengan tas ranselnya. “Annyeong.”

“Kenapa kau hujan-hujanan? Ayo masuk,” suruh Kim Bum sambil menarik lengan So Eun supaya segera masuk.

-oOo-

So Eun menunggu Kim Bum dikamarnya. Ia melihat-lihat kesekitar sambil duduk di tepi ranjang kekasihnya. Rasanya sudah lama sekali tidak ke tempat ini. Aromanya sangat ia rindukan.

Kemudian Kim Bum datang membawa segelas teh panas dan handuk warna kuning yang ada di lehernya. Ia menghampiri So Eun dan menyerahkan gelas keramik warna putih itu. “Minumlah selagi hangat.”

“Gomawo,” So Eun tersenyum dan menerima gelas itu. Ia pun segera menyeruputnya. Lalu tiba-tiba Kim Bum menutupi kepalanya dengan handuk dan menguceknya pelan. Membuat ia sedikit terkejut dan merasa berdebar.

“Kau basah sekali. Nanti kau sakit.”

So Eun hanya tersenyum tipis dan terus menyeruput air hangat kecoklatan yang beraroma melati untuk menghangatkan tubuhnya.

“Aku punya sesuatu untukmu,” Kim Bum membiarkan handuk itu dikepala So Eun. Lalu menghampiri meja computer-nya dan mengambil sesuatu di laci. Sebuah buku notes bersampul hitam. Ia pun memberikan pada So Eun. “Bacalah.”

So Eun menerimanya. Sementara Kim Bum duduk disebelahnya, ia membuka halamannya dan membaca tulisan dengan tinta hitam dengan perlahan :

.

.

Saranghaeyo Kim So Eun…

To : So Eun

Aku tidak tahu harus mulai dari mana. Jujur, aku tidak bisa membohongi perasaanku sendiri. Ketika aku mencoba melepasmu, merelakanmu pergi, jantung ini terasa berhenti berdetak, bahkan aku pun seperti tidak mampu menghirup nafas. Dan aku ingin kau tahu, dari sinilah aku serius mencintaimu setulus hatiku. Aku baru sadar, betapa berharga, berarti, dan sempurnanya cintamu untukku. Setelah aku melepasmu, aku terasa hilang kendali. Nyawaku seperti tercabut, pandanganku gelap, tidak bertenaga, dan kehidupan ini tidak berarti untukku. Ternyata, kaulah nyawaku, kau pemilik hatiku dan pemegang hidupku.

Mencintaimu lagi dan kembali di cintai olehmu adalah satu hadiah terindah sepanjang hidupku. Aku ingin segera memeluk dirimu lagi, dan merangkul dirimu. Rasanya aku ingin menangis sambil berkata, “MIANHAE, AKU YANG TELAH MEMBUATMU TERLUKA.”

Aku sungguh mencintaimu sepenuh hatiku. Kau pemilik hatiku. Aku akan menyerahan apa saja yang aku punya untuk dirimu. Karena seluruh diriku adalah milikmu seorang.

Kim So Eun, saranghaeyo.

.

.

Entah kenapa isi surat itu terasa sangat mengena dihati So Eun. Selama ini cinta yang ia berikan tulus pada Kim Bum, akhirnya terbalaskan. Air matanya menetes. Sontak Kim Bum langsung menyeka air matanya. “Wae?”

“Aku sangat bahagia. Gomawo. Ternyata kau punya perasaan yang sama denganku,” ujar So Eun sambil tersenyum kearah kekasihnya dengan mata yang berlinang.

Kim Bum pun menarik tubuh So Eun dan memeluknya erat. “Terima kasih juga, karena kau sudah sabar menghadapiku yang plin plan.”

Mereka saling berpelukan. Saling melempar kata cinta dan kata terima kasih.

-oOo-

To Be Continued…

Comment in Here ^_^